Ingin memelihara Reptile..??

23 06 2011

Kamu ingin memelihara Reptile. Bagaimana kamu memastikan memilih yang benar?
Kami ingin membantu anda memilih.

Sebelum memilih jenis Reptile, sebaiknya kita memerhatikan bebarapa hal berikut:.

1) Berapa besar tempat yang anda siapkan untuk saat ini dan nanti saat Reptile dewasa? Penting untuk mengetaui jenis Reptile yg akan dipelihara dan memperhatikan tempat yang dapat disediakan.

2) Berapa besar biaya yang diperlukan untuk memberi makan dan perawatan Reptile setiap bulannya? Bila mempunyai budget yang terbatas, tidak dianjurkan memelihara Reptile yang besar dan mahal.

3) Apa tingkat (level) kemampuanmu dalam menangani Reptile ? Tingkat/level bisa berdasarkan dari pengamatan atau analisa seseorang setelah berinteraksi dengan beberapa spesies ular yang diketahui. Yang paling tahu tingkat kemampuan anda menangani Reptile adalah anda sendiri.

4) pertanyaan paling penting. Apakah kamu akan menekuni hobby ini untuk jangka panjang? Rata² Reptile hidup 15 tahun. Apakah kamu akan menekuni hobbi ini selama itu?

Ok setelah anda mengerti beberapa hal yang saya sampaikan diatas semoga anda sudah mempunyai jawabannya, saya akan mencoba memberi beberapa masukan untuk anda..

Memilih Reptile seperti memilih pacar, pertama anda harus tertarik dengan pasangan anda. Ga ada untungnya kalau pacaran tapi tidak didasari oleh rasa suka. :) Kembali ke Reptile, anda harus memilih Reptile yang menarik minat anda dan kemudian cari tahu bagaimana perawatan dan diskusikan dengan orang² yang sudah lebih berpengalaman dalam memelihara Reptile, jika anda dapat memenuhi kebutuhannya mungkin saja anda baru menemukan Reptile yang akan anda pelihara.

Beberapa jenis mempunyai reputasi yang dibawa karena perilakunya, seperti Ular temannya setan,

Yang harus diperhatikan saat membeli Reptile.

1) Pastikan Reptile tersebut aktif terjaga aktif.

2) Pastikan hewan itu mau makan.

3) Pastikan tidak terlihat dihinggapi parasit, seperti kutu dll..

4) Jika tersedia, pilih yang CB (breeding sendiri) dari pada yang WC (tangkapan liar).

5) Kulit biasanya halus dan tidak kasar atau luka. Badan hewan tidak kurus kering tapi biasanya padat berisi.

6) Mata harus jernih dan tidak berbayang, perhatikan bila reptile tersebut mau berganti kulit.

7) Nafas Reptile tidak berbunyi and tidak ada gejala sakit (Walaupun ada jenis ular yang besar kadang nafasnya berbunyi saat dihandle karena memaksa mengeluarkan udara dari pernafasannya). Ada juga sebagian ular yang mendesis saat mau dihandle ketika ular itu mau ganti kulit, sebaiknya pilih ular ketika selesai ganti kulit.

9) Pindahkan reptile ke tempat yang lebih datar permukaannya, bila ada keanehan saat reptile itu berjalan berarti ada yang salah.

10) Apakah kandangnya bersih dan terpelihara?.

artikel di ambil dari : http://www.reptilx.com





About Reptile

22 06 2011

Sebagai hewan peliharaan, reptil mulai naik daun. Eksotisme dan keunikannyalah yang menarik hati para kolektor. Harganya bisa membubung, seturut tingkat kelangkaan dan kecantikannya. Ini hobi yang asyik.

Ih, serem banget! Komentar ini biasanya terlontar spontan begitu kita melihat ular dan hewan-hewan reptil lainnya. Bagi sebagian besar orang, ular dan hewan melata lainnya memang menakutkan. Ada sesuatu pada tatapan dingin mata tajamnya, dan ketenangan liukan tubuhnya yang bikin bulu roma merinding. Antara ngeri, jijik, dan geli bercampur baur.”Uh, apalagi kalau lihat ular setumpuk… itu, mah, bisa bikin perut mual,” celetuk seorang gadis yang sedang melihat-lihat pameran reptil di Lapangan Banteng, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tapi, lain lagi yang dirasakan para pecinta reptil. Di mata mereka, hewan-hewan melata itu justru tampak begitu elok dan cantik. “Justru yang menyeramkan itu yang bisa memuaskan hati,” ujar Slamet Rahardjo, tersenyum.

Dokter hewan yang menjabat Ketua Asosiasi Reptil Indonesia ini dulu memelihara berbagai jenis binatang. Namun, seiring kesibukannya yang bertambah, dia tak punya banyak waktu merawat terlalu banyak hewan.

Lantas pilihannya menyempit ke reptil saja. “Perawatannya juga sederhana. Ngasih makannya hanya dua tiga minggu sekali. Ditinggal ke luar kota juga tak masalah. Coba kalau burung, ditinggal dua hari saja sulit,” ucapnya.

Ketenangan hewan ini juga menjadi daya tarik tersendiri. “Mereka tidak berisik. Meskipun pelihara banyak, tetap tidak akan mengganggu tetangga,” kata Leonardus L.R., pecinta reptil.

Buat pecinta reptil di tanah air yang jumlahnya terus bertambah, hewan melata ini juga tampak begitu eksotis. “Melihat bentuk dan motifnya saja saya sudah senang,” ujar Rully Noorendra, karyawan sebuah universitas swasta di Jogja yang mengoleksi ular dan kadal.

Kata dia, memelihara reptil itu sebuah tantangan yang memberi sensasi tersendiri. Apalagi jika berhasil membesarkan dan mengembangbiakkannya.

Demi mencapai sensasi dan kepuasan batin itu, para penyuka reptil, yang rata-rata adalah orang sibuk, bela-belain menyisihkan waktu merawat sendiri hewan-hewan koleksinya. Mulai memberi makan, membersihkan kandang, hingga bercanda dan berbincang dengan piaraannya.

Mereka pun siap keluar duit untuk keperluan hidup hewan-hewan merayap itu. Tak hanya itu, umumnya para pecinta binatang melata ini juga sedia keluar duit “berapa pun” demi memperoleh reptil incaran atau untuk melengkapi koleksi mereka.

Pasar reptil kian luas dan likuid

“Bila reptil itu langka, semahal apa pun pasti ada yang mau beli,” ungkap Ariyanto, pemilik toko Animal Lover. Dia mengoleksi dan menjual segala macam kura-kura impor. Harganya mulai dari jutaan rupiah hingga ribuan dolar Amerika.

Sudah barang tentu, tak semua reptil menjadi incaran mereka. Dari empat ordo reptil yang ada, baru dua di antaranya yang punya banyak fans di tanah air, yakni ordo Testudinata seperti kura-kura, dan ordo Squamata yang terdiri dari ular dan kadal.

Adapun dua ordo reptil lainnya, yakni Crocodylia dan Rhynchocephalia, belum banyak penggemarnya di Indonesia. Salah satunya, karena binatang dari kedua ordo ini sulit didapat.

Mengoleksi reptil ternyata tak hanya kesenangan yang makan duit. Ini adalah hobi yang bisa sekaligus mendatangkan fulus. Sebab, kelangkaan dan kecantikan motif tubuh si reptil membuatnya jadi buruan banyak kolektor sehingga harganya naik.

Permintaan akan reptil juga terus meningkat seiring terus bertambahnya pecinta reptil di Indonesia. Malah, di beberapa kota besar seperti Jakarta, Jogja, Surabaya, dan Bandung, demam me-ngoleksi reptil mulai mewabah.

Hobi mengoleksi dan memelihara reptil bertumbuh subur seiring makin banyaknya pet shop. Ditambah lagi dengan bermunculannya komunitas-komunitas pecinta reptil, dan makin rutinnya lomba atau dan kompetisi reptil.

Yang terakhir ini merupakan ajang mendongkrak harga reptil. “Kalau menang kontes, harganya pasti naik. Beberapa kolektor bahkan sengaja mengikutkan peliharaannya supaya menang dan jadi mahal harganya,” ujar Leo-nardus, kolektor kura-kura yang juga pemilik perusahaan alat pintal dan benang di Kota Gudeg.

Pertumbuhan tersebut menjadikan pasar reptil semakin mekar dan likuid. Orang bisa dengan mudah membeli dan menjual reptil, bahkan termasuk hewan langka dan dilindungi. Tinggal datang ke pet shop, pameran, lomba maupun melakukan jual beli di antara komunitas pecinta reptil.

“Biasanya, kalau butuh sesuatu, antara anggota kami saling kontak,” ujar Slamet. Di antara anggota komunitas, tak hanya jual beli dan tukar-menukar koleksi, mereka juga rajin mempertemukan para reptil peliharaan ketika musim kawin tiba.

Sebaiknya membeli reptil dari kolektor Alhasil, semakin banyak orang menjadikan reptil tak hanya sebagai hewan peliharaan kesayangan, melainkan juga sekaligus ajang investasi dan bisnis.Anda tertarik pula menjadikan hewan yang eksotis ini sebagai koleksi dan investasi? Sebagai kolektor pemula, perhatikan ke kalau sudah beli mahal-mahal, lalu enggak lama kemudian mati,” tutur Tonny Wahyu, seorang desainer interior yang kini mengo-leksi sedikitnya 200 ekor ular.Untuk itu, pastikan Anda membeli reptil yang sehat. Ini tidak mudah. Setiap reptil punya ciri-ciri kesehatan tersendiri. Tapi, secara umum, belilah reptil yang aktif dan rakus makannya.

“Sebaiknya pilih anakan atau baby reptil yang tidak terlalu kecil atau muda,” saran Leonardus. Sebab, perawatannya lebih mudah.

Jangan lupa, pilihlah tempat membeli reptil yang bersih dan terawat dan sudah punya nama baik. Tapi, yang terbaik, jika Anda bisa membeli reptil dari teman atau kolektor. Selain kondisi dan kesehatan si hewan relatif terjaga, Anda juga bisa mendapat tambahan tip. “Saya pasti memberi tahu bagaimana cara perawatannya seperti yang biasa saya lakukan,” kata Leonardus.

Membeli reptil dari pecinta itu mudah-mudah gampang. Biasanya, para penyayang reptil pilih-pilih. Mereka hanya mau melepas si reptil pada orang yang mereka kenal. “Sayang kalau kura-kura yang sudah saya rawat dari kecil lalu tak terawat karena dijual ke tangan yang salah,” ujarnya.

Kecintaan terhadap koleksi reptil peliharaan inilah yang juga menjadi salah satu faktor mahalnya harga reptil. Maklum, meskipun ingin investasi, tapi si reptil tetap saja makhluk hidup yang disayang tuannya. “Apalagi mereka bisa mengenali pemiliknya, lo,” kata Ariyanto.

Makanya, banyak kolektor emoh menjual reptil langka kesayangannya, meski banyak yang menawar dengan harga tinggi. Slamet, contohnya, “Ular paling mahal yang pernah saya jual paling hanya Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta seekor. Kalau yang lebih mahal dari itu, saya masih sayang.”

Selain kejelian memilih, faktor lain yang harus disiapkan kolektor sekaligus investor pemula adalah dana yang tidak sedikit. Sebab, harga bayi reptil yang diminati pasar tergolong mahal. Contoh, harga bayi kura-kura impor berkisar ratusan ribu rupiah sampai jutaan rupiah seekor.

Bicara soal harga reptil, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Pertama dan utama adalah kelangkaannya. Semakin sulit suatu spesies reptil ditemukan, semakin tinggilah harganya.

Misalkan, boa albino. Harga bayi boa albino berukuran 30 cm mencapai Rp 17 juta-Rp 20 juta. Mahal? Menurut para penggemar fanatiknya, harga itu sepadan dengan keelokan tubuh si boa. Tubuhnya berwarna putih berhias bercak-bercak kuning diselingi bercak kemerahan. Matanya merah dan dengan sorot galak. Sudah begitu, si boa juga sering ngambek dan mogok makan kalau kandangnya tak nyaman.

Adapun kura-kura spesies langka yang harganya mahal adalah kura-kura galapagos, radiata, dan yniphora. Harga kura-kura galapagos mencapai US$ 5.000- US$ 10.000 seekor. Harga yniphora berkisar US$ 2.000. Adapun harga radiata puluhan juta hingga ratusan juta rupiah seekor.

Bisa memelihara bayi atau menangkar sendiri

Faktor penentu harga kedua adalah kualitas. Ini bisa dinilai dari sisi keunikan dan kecantikan motif, bentuk, hingga warnanya.

sumber : http://www.kapanlagi.com/clubbing/showt … 697&page=2